Senin, 30 April 2012

Wayang Golek Menak Kebumen






Jayengrono / Amir Hamzah

Sekilas Kisah Menak

Kisah Menak bersumber dari kesusastraan Persia berjudul Qissa'i Emr Hamza yang muncul pada zaman pemerintahan Sultan Harun Al Rasyid (766-809)M. Cerita ini masuk ke Melayu dengan nama Hikayat Amir Hamzah dan kemudian disasur ke dalam bahasa Jawa dengan nama Serat Menak.
Intisari Cerita Menak mengisahkan perjalanan kepahlawanan Amir Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW, dalam memerangi orang-orang kafir sewaktu menyebarkan agama Islam. Kisah ini mengalami berbagai pengkayaan dengan sumber-sumber cerita di daeah penyebaran. Cerita kepahlawanan Amir Hamzah muncul dalam kesusastraan Melayu sebelum tahun 1511 M dan dikenal luas pada saat kerajaan Malaka mencapai kejayaan. Hikayat tersebut masuk ke Indonesia sejalan dengan penyebaran agama Islam dan kemudian disadur menjadi kisah Menak.
Tidak diketahui secara pasti kapan dilakukan penyaduran cerita dari Melayu ke dakam bahasa Jawa. Hanya saja, Serat Menak tertua yang pernah ditemukan ditulis oleh Carik Narawita pada tahun 1639 J atau 1715 M atas perintah Kanjeng Ratu Mas Blitar, Permaisuri Pakubuwana I. Akan tetapi tulisan tersebut konon bukan teks asli, melainkan salinan dari teks yang lebih tua.
Di Jawa, kisah Menak yang pasti diperkirakan lahir pada zaman Pemerintahan Sultan Agung Mataram sekitar tahun 1613-1645 M. Sedangkan dari sumber Melayu, penulisan cerita Menak diperkirakan terjadi pada abad ke-15 dan 16.
Penggunaan kata Menak sebagai sebutan untuk Amir Hamzah, dapat dibandingkan dengan sebutan Menak Jingga pada serat Damarwulan. Dalam sastra Jawa pertengahan yaitu sastra Kidung, Kata Menak pun sudah muncul yang berarti berbudi luhur, mulia, dan tampan. Serat Menak juga dipengaruhi Serat Panji yang populer pada masa itu.
Dalam cerita Menak, nama-nama tokohnya disesuaikan dengan nama Jawa seperti Omar bin Omayya menjadi Umar Maya, Qobat Shehriar menjadi Kobat Sarehas, Badi'ul Zaman menjadi Imam Suwangsa, Mihrningar menjadi Dewi Muninggar, Qoraishi menjadi Dewi Kuraishin, Unekir menjadi Dewi Adaninggar, dll.





 

Garis Besar Kisah Menak

Kisah Menak menceritakan permusuhan Amir Ambyah atau Wong Agung Jayengrana yang berasal dari Mekah dengan Raja Nursewan yang juga mertuanya dari Medayin. Raja Nursewan yang kafir tidak mau tunduk. Ia selalu berusaha mencari bantuan dan perlindungan dari raja-raja lain yang mau memusuhi Amir Ambyah sehingga terjadilah perang yang berkepanjangan.
Setelah tak ada lagi kerajaan yang perlu ditaklukkan, Amir Ambyah kembali ke Medinah dan bertemu Nabi Muhammad. Ketika Madinah diserang pasukan Medayin yang bersekutu dengan Raja Lakat dan Raja Jenggi, Amir Ambyah maju ke medan perang dangugur sebagai prajurit Allah.



Marmoyo & Jiweng

Dalang  Wayang Golek Menak Kebumen

Ki Shindu Djotarjono (seorang Dalang Wayang Golek Kebumen) adalah sejarah kejayaan Wayang Golek didaerah Kebumen pada th-1950an-1980an. Cerita yang dipentaskan diambil dari kisah Menak, maka terkenal dengan nama Wayang Golek Menak khas Kebumen. Beliau belajar mendalang secara otodidak turun temurun dari orang tuanya, dengan melihat mendengar dan belajar sendiri tanpa ada pendidikan khusus. Beliau adalah keturunan dari dalang-dalang terdahulu.
  Ki Shindu Djotardjono

Ki Kuswanto Sindu




 Pementasan Wayang Golek Menak di Museum Wayang Jakarta
Ki Kuswanto Shindu adalah dalang wayang golek menak Kebumen, putra dari Ki Shindu Djotardjono.
Beliau seorang dalang sekaligus pembuat wayang golek. Sekitar tahun 80an beliau mengawali karirnya menjadi dalang, hingga sekarang ini beliau masih menekuni profesi tersebut, namun disamping itu beliau juga sebagai pembuat Wayang Golek Menak, Wayang Wahyu, Wayang Golek Jawa, dan yang baru-baru ini beliau menciptakan kreasi baru yaitu Wayang Golek Purwa.



 Wayang Golek Purwo